ABSTRAK: Proses pengawetan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas kulit mentah dan kualitas kulit tersamak dan pengaruh yang dihasilkan berbeda pada setiap metode pengawetan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pengawetan terhadap kualitas kulit pari tersamak dan mengetahui metode pengawetan yang menghasilkan kualitas kulit pari tersamak paling baik.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap Blok (RALB) dengan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan blok sebagai ulangan sehingga masing-masing blok terdiri dari 5 variasi perlakuan yaitu: (a1) kontrol (kulit segar) (a2) pengawetan dalam larutan garam jenuh (a3) pengawetan dalam larutan garam jenuh yang ditambah peracun kulit (cortimol) (a4) pengawetan garam kristal dan (a5) pengawetan pengasaman (pickle). Lama pengawetan pada keempat variasi perlakuan pengawetan selama 14 hari dan hasil analisa sidik ragam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJGD) dengan a 0,05. Hasil analisa varian diketahui bahwa metode pengawetan kulit mentah memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas kelemasan, kekuatan tarik, dan kadar air kulit setelah pengawetan, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, dan kadar air kulit tersamak. Metode pengawetan pengasaman (pickle) (a5) memberikan kualitas kulit tersamak yang paling baik: kelemasan (2,78 mm), kekuatan tarik (3501,797 N/cm2), kemuluran (64%), kekuatan sobek (786,677 N/cm), suhu kerut (70,33oC), dan kadar air kulit tersamak (13,085%). Nilai ini sudah berada di atas nilai minimal yang disyaratkan dalam SNI 06-6121-1999 mengenai kulit ikan pari untuk barang kulit, sehingga dapat dikatakan sudah memenuhi secara kualitas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental Rancangan Acak Lengkap Blok (RALB) dengan 3 ulangan. Penelitian ini menggunakan blok sebagai ulangan sehingga masing-masing blok terdiri dari 5 variasi perlakuan yaitu: (a1) kontrol (kulit segar) (a2) pengawetan dalam larutan garam jenuh (a3) pengawetan dalam larutan garam jenuh yang ditambah peracun kulit (cortimol) (a4) pengawetan garam kristal dan (a5) pengawetan pengasaman (pickle). Lama pengawetan pada keempat variasi perlakuan pengawetan selama 14 hari dan hasil analisa sidik ragam yang berbeda nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan (UJGD) dengan a 0,05. Hasil analisa varian diketahui bahwa metode pengawetan kulit mentah memberikan pengaruh nyata terhadap kualitas kelemasan, kekuatan tarik, dan kadar air kulit setelah pengawetan, namun tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kemuluran, kekuatan sobek, suhu kerut, dan kadar air kulit tersamak. Metode pengawetan pengasaman (pickle) (a5) memberikan kualitas kulit tersamak yang paling baik: kelemasan (2,78 mm), kekuatan tarik (3501,797 N/cm2), kemuluran (64%), kekuatan sobek (786,677 N/cm), suhu kerut (70,33oC), dan kadar air kulit tersamak (13,085%). Nilai ini sudah berada di atas nilai minimal yang disyaratkan dalam SNI 06-6121-1999 mengenai kulit ikan pari untuk barang kulit, sehingga dapat dikatakan sudah memenuhi secara kualitas.
Kata kunci: metode pengawetan, kulit mentah, kualitas kulit tersamak, pari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar