Berita Indonesia - Pekan busana Jakarta atau Jakarta Fashion Week menjadi pestanya semua pencinta adi busana di Indonesia. Tak hanya penggila busana konvensional, muslimah berjilbab pun bisa menikmati aneka rancangan terbaru desainer Indonesia.
Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia menampilkan 16 perancang busana muslim di antara tujuh pergelaran di Jakarta Fashion Week. "Kalau orang bilang busana muslim ngetren dalam lima tahun terakhir, kami sudah memulainya sejak 1993," kata Taruna Kusumayadi, Ketua APPMI, dalam keterangan pers, Senin, 14 November 2011.
Jadi, apa yang terjadi saat ini merupakan buah dari 18 tahun lalu. Kini, di pekan busana Jakarta, tersedia dua pergelaran busana muslim dari total tujuh pergelaran di bawah APPMI.
Busana muslim menjadi pakaian yang berbeda di tangan Iva Latifah, Monika Jufry, Dian Pelangi, Hannie Hananto, Tuty Adib, Jeny Tjahyawati, Merry Pramono, dan Herman Nuary. Iva, misalnya, menjadikan tenun Bali menjadi gaun nan-feminin. Apalagi ada sedikit aplikasi obi yang membuat corak Bali tak sekadar pakaian adat, melainkan cocok untuk berpesta.
Soal main dengan kain lokal, Herman Nuary juaranya. Bordir bunga menjadi gaun pesta yang glamor sebagai bahan luar. Herman pun rajin memanfaatkan boot panjang selutut yang menjadi bawahan dengan padan atasan bunga-bunga.
Menarik juga mencermati karya Jeny Tjahyawati yang mengambil tema "Geo Ethnic". Jeny bermain dengan motif geometris kain tradisional yang ditabrakkan dengan motif kontemporer dengan warna biru dan pink.
Nah, yang paling fenomenal dalam pergelaran pertama adalah karya Dian Pelangi. Dian menggelar enam karyanya dalam tema "Russkaya Raduga" (Pelangi dari Rusia). Ia menyulap topi bulu dari Rusia menjadi jilbab, lalu bermain dengan jubah dan rok lipit. Ada pula permainan blus kerut dengan detail khas negara pecahan Rusia.
Bagi yang tak terlalu suka pakaian glamor, Monika Jufry hadir dengan koleksi "Urbanic". Menggunakan bahan kaus yang dikawinkan dengan batik Jawa, koleksi ready to wear kali ini lebih dari layak untuk dijadikan pakaian nongkrong. Satu yang menarik, Monika memainkan batik dengan jaket kaus. Bagian belakang jaket disobek-sobek sehingga terlihat motif batik, khas anak muda sekali.
Karya Hanni Hananto dengan "Hijab Rock" juga cocok bagi muslimah yang ingin tampil ala rocker. Hannie mengubah enam busana muslim dengan gaya rock disertai ciri rumbai dan banyak. Ia memakai bahan seperti kulit.
Terakhir, Tuty Adib dan Merry Pramono pun mengeluarkan seri pakaian yang menakjubkan. Tuty dengan permainan jilbabnya bak pita yukata, menjadikan cara baru menggenakan kain penutup ini.